LOKASINYA sekitar
19 kilometer di utara Kebumen. Di kawasan perbukitan, sekitar lembah
Sungai Luk Ulo, tersingkap aneka jenis batuan tua yang berumur puluhan
sampai ratusan juta tahun silam. Tentu sungguh menakjubkan, apalagi bagi
para ahli geologi.
Tidaklah mengherankan, di desa-desa
kawasan perbukitan Kecamatan Karangsambung, Sadang serta Karanggayam itu
sudah mengundang minat pakar geologi asing, seperti Verbeek, pada 1891,
untuk menyelidiki batuan tua di sana. Bahkan pada 1933, ahli geologi
yang lain, Harloff, memetakan daerah tersebut sebagai salah satu formasi
penting bebatuan untuk pengetahuan ilmu kebumian.
Para pakar geologi sering menyebut,
daerah Karangsambung memiliki keunikan luar biasa. Karena dalam radius
yang tidak terlalu luas, terdapat singkapan jenis bebatuan tua di dasar
samudera. Maka sejak itu, para ahli geologi seperti silih berganti
mengungkap misteri isi batuan Karangsambung untuk memperjelas teori dan
proses evolusi bumi, terutama evolusi Pulau Jawa dan Indonesia pada
umumnya.
Ahli geologi dari Universitas Kebangsaan
Malaysia, Hong Djian Tjia, pada 1966 meneliti kawasan ini hingga meraih
gelar doktor dengan mengulas analisis struktur batuan tersier Luk Ulo.
Kemudian pada 1974, salah satu ahli
geologi di Tanah Air, Sukendar Asikin, berhasil meraih gelar doktor
setelah intensif meneliti bebatuan Karangsambung. Sukendar Asikin
meneliti evolusi geologi Jawa Tengah dan sekitarnya ditinjau dari segi
teori tektonik dunia. Namun temuan Sukendar Asikin menjadi sangat
penting dan monumental, karena melahirkan Teori Tektonik Lempeng dari
hasil risetnya di Karangsambung. Pada dasarnya, teori ini menyebutkan
bahwa bumi ini tersusun dari lempeng-lempeng benua dan samudera, bisa
saling bergerak, menjauh dan mendekat, dihasilkan pertemuan lempeng atau
subduksi.
Menurut Kepala Unit Pelaksana Teknik
Balai Informasi dan Konservasi (BIKK) Kebumian LIPI Karangsambung Ir
Yugo Kumoro, di kawasan Karangsambung memang bisa dilihat batuan yang
mengandung nilai-nilai pengetahuan geologi. Bisa menceritakan proses
evolusi bumi, karena batuan lebih dari 140 juta tahun yang lampau masih
bisa ditemukan.
Di mata peneliti madya BIKK LIPI
Karangsambung Ir Chusni Ansori MT (48) yang intensif melakukan riset di
wilayah itu, kawasan Karangsambung merupakan laboratorium alam dan
monumen geologi yang memang menarik dikaji. Terbukti kini tercatat sudah
empat doktor dihasilkan dari penelitiaan di daerah tersebut, puluhan
lulusan S2 dan ratusan S1 geologi.
Pemerintah terus meningkatkan status
kawasan Karangsambung dari semula hanya kampus alam geologi, secara
bertahap dilengkapi sarana perkantoran dan ruangan aula serta pameran.
Areal perkantoran seluas sekitar tiga hektare, kini juga dilengkapi
ruang laboratorium geologi dan penginapan untuk asrama mahasiswa yang
melakukan penelitian lapangan. Status UPT BIKK Karangsambung pun telah
ditetapkan menjadi Cagar Alam Geologi melalui SK Menteri ESDM sejak
November 2006. UPT BIKK Karangsambung ini di bawah Puslit Geoteknologi
Bandung.
Menurut Chusni Ansori, beberapa
kelebihan kawasan Karangsambung sebagai laboratorium alam geologi karena
arealnya tidak terlalu luas, didapatkan aneka ragam batuan yang
lengkap. Mulai batuan gamping, batuan beku, sedimen hingga batuan
metamorf. Bagi peneliti geologi, tentu sangat mengasyikkan dan pas untuk
melakukan penelitian lapangan. (24)(Komper Wardopo – Suara Merdeka 29
Mei 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar