Pengikut

Sabtu, 26 Januari 2013

KARANGSAMBUNG




 
Berikut akan dijelaskan sedikit mengenai daerah Karangsambung ini yang diambil dari beberapa sumber. selamat menikmati.

Daerah ini menjadi menarik perhatian para ahli geologi, karena ada beberapa fenomena geologi yang jarang tersingkap di Pulau Jawa, yaitu antara lain :
  1. Tersingkap berbagai jenis batuan mulai dari yang berumur Pra-Tersier (Kapur Atas) hingga Kuarter. Untuk daerah Pulau Jawa, batuan berumur pra-Tersier sangat jarang dijumpai.
  2. Adanya percampuran berbagai jenis batuan Pra-Tersier hingga Paleosen, yang proses pembentukannya dikontrol oleh aktifitas tektonik. Bercampurnya berbagai jenis batuan oleh proses tektonik ini dikenal sebagai batuan bancuh atau Melange.
  3. Ukuran dan jenis bongkah di dalam Melange ini sangat bervariasi. Ukuran komponen mulai dari yang berukuran kerikil hingga bongkah bahkan di beberapa lokasi bongkah tersebut membentuk bukit yang soliter. Seluruh bongkah tersebut tertanam dalam masa dasar lempung bersisik yang berwarna hitam dan mengkilap (Scally clay). Selanjutnya jenis batuan (jenis bongkah) di dalam melange ini juga bervariasi, terdiri atas batuan ofiolit (batuan beku basa dan ultra basa), sedimen laut dalam (Pelagik), sedimen laut dangkal hingga transisi dan sedimen darat.
Fenomena geologi tersebut diatas sangat jarang ditemukan di Pulau Jawa. Hingga saat ini hanya ada tiga lokasi yang memiliki karaketristik yang sama yaitu daerah Bayat (Jawa Tengah), Ciletuh (Jawa Barat) dan Karangsambung sendiri.

Dari seluruh peneliti ini semuanya sepakat bahwa batuan pra-tersier hingga Paleosen merupakan batuan bancuh (Melange), yang pembentukannya dipengaruhi oleh aktivitas tektonik yang sangat kuat. Dikaitkan dengan teori tektonik lempeng, salah satu proses pembentukan melange ini disebabkan oleh adanya tumbukan dua buah lempeng atau lebih, yang akhirnya di dalam zona tumbukan (Trench) terjadi percampuran berbagai macam batuan yang satu sama lain saling tergeruskan.

Menurut hsu tahun 1968, Mélange merupakan suatu kompleks batuan hasil percampuran secara tektonik dan percampuran secara melengser yang berlangsung dibawah gaya berat, yang dapat dipetakan sebagai satu satuan batuan, mengalami deformasi terdiri atas kepungan-kepungan tektonik (tektonik inclution) yang berwujud bongkahan – bongkahan dengan ukuran mulai dari beberapa cm hingga puluhan km yang terkepung dalam massa dasar halus (lempung/serpih) yang tergerus (pervasively sheared).

Mélange pertama kali diperkenalkan oleh greenly (1919) dalam bahasannya yang berjudul “geology of angelsey). Mélange ini terdiri dari batuan aneka jenis dan aneka asal. Blok-blok fragmen batuan aneka ukuran (sampai skala bukit) dan aneka jenis terkepung oleh matrix halus. Jadi selalu mempunyai struktur “blocks in matrix”. Kejadiannya bisa dari asal longsoran di lereng palung (inner wall of trench) melalui proses lengseran/longsoran/delapsi (mélange sedimenter/plistrostrome) atau tercampur melalui proses tektonik, maka ia disebut mélange tektonik /mélange. Matrixnya telah menjadi scaly clay-serpih yang mengersik, sheared matrix. Sebagian fragmen dan matrix sudah mengalami metamorfosa dan boudinage (fragmen).

Berdasarkan peta Geologi Lembar Kebumen, Jawa (S. Asikin, A. Handoyo, H. Busono, S. Gafoer (1992), dapat diketahui bahwa batuan di daerah ini mulai dari yang tertua (Paleosen) hingga termuda (Pliosen) terdiri dari :
  1. Kompleks Melange Luk Ulo yang berupa bongkah-bongkah batuan Pra Tersier dengan massa dasar serpih hitam (berumur Kapur Atas)
  2. Formasi Karangsambung yang tersusun oleh batulempung bersisik dengan bongkah batugamping , konglomerat, batupasir, batugamping dan basal (berumur Eosen). Dalam formasi ini terdapat pula batugamping terumbu yang berupa olistolit.
  3. Formasi Totogan yang tersusun oleh breksi dengan komponen batulempung, batupasir, batugamping dan basal (berumur Oligo-Miosen)
  4. Formasi Waturanda yang tersusun oleh batupasir kasar, makin ke atas berubah menjadi breksi dengan komponen andesit, basal dan massa dasar batupasir tuf. Dalam Formasi ini terdapat anggota tuf yang tersusun oleh perselingan tuf kaca, tuf kristal, batupasir gampingan dan napal tufaan (berumur Miosen Awal).
  5. Formasi Penosogan yang teridiri dari perselingan batupasir gampingan, batulempung, tuf, napal dan kalkarenit (berumur Miosen Tengah).
  6. Diabas yang merupakan batuan beku intrusi hasil aktivitas volkanik (Miosen Tengah)
  7. Formasi Halang yang tersusun oleh perselingan batupasir, batugamping, napal dan tuf dengan sisipan breksi (berumur Pliosen)
  8. Formasi Peniron yang terdiri dari breksi dengan komponen andesit, batulempung, batugamping, serta massa dasar batupasir tufan bersisipan tuf.
  9. Endapan Pantai yang berupa pasir lepas
  10. Alluvium yang berupa lempung, lanau, pasir, kerikil dan kerakal.
Untuk menjelaskan genetik pembentukan Melange di Pulau Jawa, khususnya di daerah Karangsambung, maka wajib bagi kita memahami terlebih dahulu geologi regional Pulau Jawa. Geologi Pulau Jawa dipengaruhi oleh aktifitas tumbukan dua lempeng, yaitu antara Lempeng Asia dan Lempeng Hindia Australia. Lempeng Asia berada di bagian utara dan bergerak relatif ke selatan sedangkan Lempeng Hindia-australia yang berada di bagian selatan bergerak relatif ke utara. Kedua lempeng tersebut pada saat ini membentuk jalur tumbukan di selatan Pulau Jawa (Hamilton, 1979). Dari rekaman sejarah tumbukannya, ternyata posisi jalur tumbukan ini berubah-ubah. Pada Jaman Kapur posisi jalur tumbukan berada di poros Pulau Jawa sekarang, sedangkan jalur volkaniknya berada di utaranya. Selanjutnya pada Kala Oligo-Miosen, jalur tumbukan berubah posisinya lebih ke arah selatan demikian pula posisi jalur volkaniknya bergeser ke arah selatan lagi. Selanjutnya Pada Kala Plio-Plistosen hingga sekarang posisi jalur subduksi bergeser ke arah utara hal ini dibuktikan dengan bergesernya posisi jalur volkanik Kuarter lebih ke arah utara dari jalur volkanik Oligo-Mio. Namun demikian pendapat yang terakhir ini ada yang menyanggahnya, karena tidak mungkin jalur penunjaman kembali lagi ke arah utara. Di dalam tulisan ini pembahasan mengenai perubahan jalur tunjaman ini tidak akan dibahas secara detail.

Dari sejarah tumbukan antar lempeng yang terjadi di Jawa, dapat disimpulkan bahwa setiap terjadi perubahan jalur tunjaman selalu diikuti oleh meningkatnya aktifitas tektonik. Dari rekaman tektonik tersebut jelas ada tiga peristiwa tunjaman terpenting, yaitu yang terjadi pada Jaman Kapur, Oligo-Mio dan Plio-Plistosen (Kuarter). Namun demikian tidak berarti bahwa aktivitas tektonik diantara ketiga periode tersebut tidak penting, karena tektonik ini sifatnya tidak pernah berhenti.

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa dengan terjadinya tumbukan antar lempeng tersebut memungkinkan untuk bercampurnya berbagai macam jenis batuan di dalam suatu tempat tertentu (trench). Batuan campur aduk atau bancuh ini kenyataannya dapat dibedakan berdasarkan genetiknya. Apabila batuan bancuh tersebut murni akibat proses tektonik maka dinamakan sebagai melange tektonik atau melange saja. Sedangkan apabila batuan bancuh tersebut terjadi akibat proses sedimentasi (sedimentasi lebih dominan, walaupun kejadiannya dipicu oleh tektonik) maka endapannya dinamakan sebagai melange sedimenter atau olistostrom.

Bongkah batuan di dalam melange ada yang berasal dari daerah selingkungan yang dinamakan sebagai Native block dan ada pula yang berasal dari luar lingkungan yang dinamakan sebagai bongkah asing atau Exotic block. Di dalam Olistostrom bongkah batuan baik yang sifatnya Native block maupun Exotic block dinamakan sebagai olistolit.
Tersingkapnya batuan melange di daerah Karangsambung disebabkan oleh adanya tektonik kompresional yang menyebabkan daerah tersebut dipotong oleh sejumlah sesar-sesar naik disamping adanya pengangkatan dan proses erosi yang intensif. Apabila diperhatikan bahwa posisi batuan melange ini dijumpai di sekitar inti lipatan antiklin dan di sekitar zona sesar naik dan kenyataannya pada saat sekarang posisi inti lipatan ini berada di bagian lembah yang didalamnya mengalir aliran sungai Luk Ulo yang menunjukan bahwa di daerah tersebut proses erosi berlangsung lebih intensif.
Morfologi perbukitan disusun oleh endapan melange, batuan beku, batuan sedimen dan endapan volkanik Kuarter, sedangkan morfologi pedataran disusun oleh batuan melange dan aluvium. Seluruh batuan penyusun yang berumur lebih tua dari Kuarter telah mengalami proses pensesaran yang cukup intensif terlebih lagi pada batuan yang berumur Kapur hingga Paleosen.

Morfologi perbukitan dapat dibedakan menjadi dua bagian yang ditentukan berdasarkan bentuknya (kenampakannya), yaitu perbukitan memanjang dan perbukitan prismatik. Perbukitan memanjang umumnya disusun oleh batuan sedimen Tersier dan batuan volkanik Kuarter, sedangkan morfologi perbukitan prismatik umumnya disusun oleh batuan yang berasal dari melange tektonik dan batuan beku lainnya (Intrusi). Perbedaan kedua morfologi tersebut akan nampak jelas dilihat, apabila kita mengamatinya di puncak bukit Jatisamit.

Bukit Jatisamit terletak di sebelah barat Karangsambung (Kampus LIPI). Tubuh bukit ini merupakan bongkah batuan sedimen terdiri atas batulempung merah, rijang, batugamping merah dan chert yang seluruhnya tertanam dalam masa dasar lempung bersisik. Pada bagian puncak bukit inilah kita dapat melihat panorama daerah Karangsambung secara leluasa sehingga ada istilah khusus yang sering digunakan oleh para ahli geologi terhadap pengamatan morfologi di daerah ini yaitu dengan sebutan “Amphitheatere”. Istilah ini mengacu kepada tempat pertunjukan dimana penonton berada di atas tribune pertunjukan. Memang tidak berlebihan istilah ini digunakan karena di tempat inilah kita dapat mengamati seluruh morfologi secara lebih jelas.
Ada beberapa fenomena geologi yang dapat dijelaskan di tempat ini, yaitu :
  1. Daerah bermorfologi pedataran terletak di sekitar wilayah aliran Sungai Luk Ulo. Sungai ini merupakan sungai utama yang mengalir dari utara ke selatan mengerosi batuan melange tektonik,melange sedimenter, sedimen Tersier (F. Panosogan. F. Waturanda, F. Halang ). Di sekitar daerah Karangsambung, morfologi pedataran ini terletak pada inti antiklin sehingga tidak mengherankan apabila di daerah ini tersingkap batuan melange yang berumur tua, terdiri atas konglomerat, lava bantal, rijang, lempung merah, chert dan batugamping fusulina. Bongkah batuan tersebut tertanam dalam masa dasar lempung bersisik (Scally clay).
  2. Morfologi perbukitan disusun oleh batuan melange tektonik, batuan beku, batuan sedimen Tersier dan batuan volkanik Kuarter. Perbukitan yang disusun oleh melange tektonik dan intrusi batuan beku umumnya membentuk morfologi perbukitan dimana puncak perbukitannya terpotong-potong (tidak menerus/terpisah-pisah). Hal ini disebabkan karena masing-masing tubuh bukit tersebut (kecuali intrusi) merupakan suatu blok batuan yang satu sama lainnya saling terpisah yang tertanam dalam masa dasar lempung bersisik (Scally clay). Morfologi perbukitan dimana batuan penyusunnya terdiri atas batuan sedimen Tersier dan batuan volkanik Kuarter nampak bahwa puncak perbukitannya menerus dan relatif teratur sesuai dengan sumbu lipatannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bentuk perbukitan antara batuan melange dengan batuan sedimen Tersier/volkanik.
Berdasarkan sejarah pembentukannya melange tektonik akan terbentuk lebih dahulu dibandingkan dengan melange sedimenter (olistostrom), dengan demikian batuan tertua yang tersingkap di daerah Karangsambung adalah melange tektonik (Asikin, 1974).
Melange tektonik atau melange Luk Ulo didefinisikan oleh Asikin (1974), sebagai percampuran tektonik dari batuan yang mempunyai lingkungan berbeda, sebagai hasil dari proses subduksi antara Lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah Lempeng Benua Asia Tenggara, yang terjadi pada Kala Kapur Atas-Paleosen. Melange tektonik ini litologinya terdiri atas batuan metamorf, batuan basa dan ultra basa, batuan sedimen laut dalam (sedimen pelagic) yang seluruhnya mengambang di dalam masa dasar lempung hitam yang tergerus (Scally clay). Selanjutnya penulis ini membagi kompleks melange menjadi dua satuan berdasarkan sifat dominansi fragmenya, yaitu Satuan Seboro dan Satuan Jatisamit. Kedua satuan tersebut mempunyai karakteristik yang sama yaitu masa dasarnya merupakan lempung hitam yang tergerus (Scally clay). Bongkah yang berada di dalam masa dasar berupa boudin dan pada bidang permukaan tubuh bongkahnya juga tergerus. Beberapa macam dan sifat fisik komponen melange tektonik ini, antara lain batuan metamorf, batuan sedimen dan batuan beku. Masing-masing jenis batuan tersebut dijelaskan sebagai berikut :
  1. Batuan metamorf, terdiri atas filit, sekis, marmer.
  • Filit merupakan batulempung yang telah mengalami metamorfisma tingkat rendah. Kenampakan di lapangan berwarna abu-abu kehitaman, lunak, mengalami deformasi yang cukup kuat yang dicirikan oleh pembentukan lipatan-lipatan kecil (micro fold). Singkapan yang baik dijumpai di sisi tebing Sungai Luk Ulo di sebelah utara singkapan lava bantal.
  • Sekis merupakan kelanjutan proses metamorfisma filit. Kenampakan di lapangan menunjukan sifat berlapis, dibeberapa tempat mengandung garnet. Berdasarkan hasil penanggalan radioaktif K-Ar terhadap mineral Mika, diketahui batuan ini mengalami metamorfisma pada 117 juta tahun yang lalu atau setara dengan Jaman Kapur hingga Awal Tersier (Ketner dkk, 1976).
  • Marmer merupakan ubahan dari batugamping yang telah mengalami metamorfisma regional. Singkapan yang baik dijumpai di sekitar Desa… yang merupakan lokasi bekas penambangan. Sifat fisik batuannya antara lain berwarna putih (dominan) dan abu-abu kemerahan yang mencerminkan adanya proses oksidasi, di beberapa tempat masih menampakan adanya bidang perlapisan, disusun oleh mineral kalsit yang sebagian sudah mengkristal. Adanya bidang lapisan pada tubuh batuan ii menunjukan bahwa asal mula batuannya berasal dari batugamping klastik. Tubuh batuan ini dipotong oleh sejumlah sesar baik minor maupun major, hal ini dicerminkan dengan banyaknya bidang-bidang sesar dengan berbagai macam arah jurus serta berbagai macam sifat pergerakannya (Dijelaskan lebih lanjut pada pembahasan struktur).

  1. Batuan sedimen, terdiri atas sedimen laut dalam, sedimen laut dangkal dan sedimen darat.
  • Sedimen laut dalam (Sedimen Pelagik), terdiri atas lempung merah dan batugamping merah. Sedimen laut dalam ini terbentuk dibawah CCD, artinya sedimen diendapkan di bawah kedalaman 3000 meter dari permukaan air laut. Pada kondisi ini bahan kimia yang mengandung kalsit akan larut sehingga tidak mungkin batuannya bersifat karbonatan. Seluruh endapan sedimen yang terbentuk di dalam kondisi ini bersifat silikaan. Lokasi yang baik dari singkapan batugamping merah dan lempung merah ini dijumpai di daerah Watukelir, lereng bukit Jatisangit dan di dasar sungai Luk Ulo. Berdasarkan pengamatan batuan di beberapa lokasi tersebut diketahui bahwa kedua jenis batuan tersebut telah mengalami tektonik kompresi yang cukup kuat, hal ini dicerminkan dengan banyaknya bidang gerus (cermin sesar) yang memotong bidang lapisan disamping adanya cermin sesar pada batas antara bidang lapisan batuannya. Karakteristik litologi batugamping merah dan batulempung merah, yaitu :
  • Batugamping merah seluruhnya dibentuk oleh cangkang radiolaria, bersifat silikaan, keras dan berlapis tipis.
  • Lempung merah seluruhnya bersifat silikaan, berlapis tipis, keras.

  • Sedimen laut dangkal, ditemukan di dalam kelompok batuan ini adalah batugamping terumbu (Sunarti, 1973, di dalam Handoyo 1996). Berdasarkan lokasi typenya, batugamping ini dinamakan sebagai Batugamping Jatibungkus (Asikin, 1974). Batugamping Jatibungkus terdiri atas batugamping terumbu (dominan), batugamping foram, batugamping klastik, batugamping talus dengan fragmen konglomeratan, kuarsa, rijang dan fragmen batuan (Sunarti, 1973, dalam Handoyo 1996). Berdasarkan kandungan fosilnya batuan ini berumur Eosen Bawah-Tengah (Sunarti, 1973, dalam Handoyo 1996).

  • Sedimen Darat, merupakan endapan sungai yang didominasi oleh konglomerat polimik dengan masa dasar batupasir berselingan dengan batupasir, batulanau dan serpih. Singakapan kolonglomerat antara lain dijumpai di Bukit Pesanggrahan, bibir sungai Loh Ulo depan Kampus LIPI dan dibeberapa tempat lainnya ke arah hulu sungai Loh Ulo. Konglomerat terdiri atas berbagai macam batuan, diantaranya adalah rijang, kuarsa, basalt, sekis, batuan silika lainnya, dan dibeberapa tempat dijumpai fosil kayu dan batubara. Lapisan batupasir, dijumpai sebagai sisipan dicirikan oleh butiran yang kasar hingga halus; struktur sedimen berupa laminasi sejajar, silang siur planar, gelembur gelombang, sole mark, dan jejak binatang. Serpih yang juga dijumpai sebagai sisipan mempunyai karakteristik berupa non karbonatan, mengandung butiran karbon dan dijumpai bioturbasi.

  1. Batuan beku bersifat basaltis atau lebih dikenal sebagai ofiolit (Ophiolites). Batuannya terdiri atas basalt, peridotit, serpentinit gabro dan diabas.
  • Basalt, merupakan batuan beku basa yang umumnya memperlihatkan struktur bantal (Pillow lava). Sifat fisik batuannya antara lain : berwarna hitam, keras, tekstur afanitik, secara umum tubuh batuan ini memperlihatkan struktur bantal dan dibeberapa tempat tubuh batuannya sudah terkoyak yang dicerminkan dengan adanya breksi sesar. Singkapan yang baik dijumpai di dinding sungai (Daerah Watukelir).
  • Peridotit merupakan batuan beku ultra basa.
  • Serpentinit, merupakan hasil ubahan dari peridotit, pada sayatan tipis namapk adanya bentuk pseudomorph piroksen dan olivin.
  • Gabro merupakan batuan beku berkomposisi basa.
Batuan Pra-Tersier terdiri atas batuan beku basalt (ofiolit) yang pembentukannya berasal dari zona punggungan tengah samudra (Mid Oceanic Ridge), batuannya terdiri atas lava bantal, diabas, sekis. Batuan asal laut dangkal terdiri atas batugamping fusulina dan batugamping yang telah mengalami metamorfisma (marmer); batuan asal daratan terdiri atas konglomerat (hasil sedimentasi fluviatil).

Batuan Tersier yang menutupi secara tidak selaras batuan berumur Pra-tersier, terdiri atas Formasi Totogan, Formasi Waturanda dan Formasi Halang. Batuan Kuarter terdiri atas endapan volkanik dan aluvium.

Sekian sedikit mengenai karangsambung. sampai jumpa lagi :*

Tidak ada komentar: