Pengikut

Rabu, 26 Desember 2012

Karangsambung, ‘Black-Box’-nya Proses Alam

http://retnoristia.wordpress.com/2010/09/25/karangsambung-black-box-nya-proses-alam/

Karena banyak yang belum tahu tentang kawasan geologi Karangsambung Kabupaten Kebumen, akibatnya minat untuk berkunjung ke kawasan tersebut masih sangat kecil. Padahal di kawasan tersebut, terdapat berbagai monumen geologi yang sangat unik. Fenomena geologinya juga sangat khas sepanjang evolusi bumi. Mulai dari zaman kapur atau sekitar 120 juta tahun yang lalu. Demikian pula dengan basement Pulau Jawa yang berupa batuan metamorf, tersingkap dengan baik di kawasan tersebut. Di Karangsambung, tersingkap aneka batuan dari berbagai umur dan proses kejadiannya. Batuan-batuan itu merupakan rekaman peristiwa pembentukan muka bumi ini. “Karangsambung adalah black box-nya proses alam. Sangat menarik untuk dikunjungi,” kata Sekretaris Utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Dr Rochadi Abdulhadi di UPT Balai Informasi dan Konservasi Kebumian (UPT BIKK) LIPI Karangsambung, Selasa (4/9). Dengan berkunjung ke kawasan geologi Karangsambung sekaligus masuk ke museum geologi yang ada di Kampus UPT BIKK LIPI Karangsambung, bisa diperoleh jawaban atas pertanyaan apakah bumi itu, bagaimana mula jadinya, apa evolusi itu dan apa artinya bagi kehidupan manusia. Harapannya, manusia menjadi lebih arif memperlakukan bumi. Karena selain mengandung potensi sumberdaya alam, bumi juga memiliki potensi bencana. Karena itu bumi harus dicermati dan diperlakukan dengan baik. Dengan jalan-jalan menjelajahi kawasan geologi Karangsambung, akan melihat bukti keunikan dan keanekaragaman batuan yang tersingkap akibat tumbukan lempeng Samudra India-Australia dengan lempeng Asia Tenggara yang terjadi pada zaman Kapur Akhir sampai Tersier Awal (sekitar 70 juta tahun yang lalu). Karangsambung merupakan salah satu situs geologi penting di Pulau Jawa. Fenomena geologinya sangat langka. Situs-situsnya berkaitan erat dengan sejarah pembentukan dan perkembangan cekungan selama akhir mesozoikum hingga permulaan tersier berdasar pendekatan tektonik. Oleh para ahli geologi, Karangsambung dianggap sebagai miniatur keanekaragaman bumi atau geodiversity. Selain itu, menjadi kompleks fosil daerah tunjaman. Di mana batuan asal benua dan batuan asal samudera tercampur aduk menjadi satu secara tektonik. Di Karangsambung juga terdapat batuan-dasar tertua di Pulau Jawa yang tersingkap.
karangsambung situsnya batuan
Inilah beberapa situs yang bisa dipelajari untuk mengetahui sejarah bumi, khususnya proses evolusi lempeng Asia bagian tenggara.
1. Situs batuan metamorf serpentinit di Pucangan
Batuan berwarna kehijauan ini berasal dari perut bumi di bawah lantai samudra. Batu ini malihan dari batu ultra basa hasil pembekuan magma pada kerak samudra. Batu ini berubah ketika bersentuhan dengan air laut dan berubah lagi ketika masuk zona tunjaman dan terangkat ke permukaan bumi.
2. Situs batuan metamorf sekis mika di Kali Brengkok
Batuan dengan mineral mika yang berkilauan ketika tertimpa sinar matahari ini adalah batu tertua yang tersingkap di Pulau Jawa. Pengukuran dengan radioaktif menunjukkan batuan ini berumur 121 juta tahun, dari Zaman Kapur.
Batuan alas Pulau Jawa ini memiliki nilai ilmiah tinggi karena membuktikan bahwa sejak zaman itu telah terjadi tumbukan lempeng samudra dengan lempeng benua di kawasan Karangsambung.
Batuan ini berasal dari batuan pasir yang mengandung mineral asam dari lempeng benua yang masuk ke zona subduksi dan berubah menjadi sekis mika.
3. Situs batu rijang dan lava basal berbentuk bantal di Kali Muncar
Batuan sedimen ini terbentuk di dasar samudra purba 80 juta tahun lampau. Batu ini memberi fakta kuat bahwa dahulu Karangsambung adalah dasar samudra yang terangkat oleh proses geologi.
Batuan sedimen berwarna merah memanjang sekitar 100 meter pada dinding Kali Muncar itu ibarat layar pertunjukan wayang kulit, atau kelir dalam bahasa Jawa. Hal ini membuat masyarakat setempat menamainya Watu Kelir, apalagi di atasnya terdapat batuan beku yang bentuknya mirip kenong dan gong.
Batuan sedimen merah ini terdiri atas lapisan rijang dan lapisan lempung merah gampingan. Rijang berwarna merah karena mengandung unsur besi dan berisi fosil Radiolaria berusia 80 juta tahun atau Zaman Kapur Atas. Batuan dasar samudra pada kedalaman minimal 4.000 meter ini seharusnya horizontal, tapi menjadi tegak karena pengaruh tektonik yang mengangkatnya.
Batuan beku di bagian atasnya adalah lava basal dari gunung berapi di dasar laut. Lava bantal ini terbentuk pada zona pemekaran dasar samudra, yang langsung membeku ketika terkena air laut. Batu ini adalah bukti adanya kegiatan vulkanis bawah laut yang mengakibatkan pemekaran tengah laut.
4. Situs batuan breksi di Bukit Waturanda
Batuan kehitaman ini mengandung fragmen andesit dan lava. Singkapan batuan di tepi jalan dengan lereng tebing vertikal ini perselingan batu pasir dengan breksi. Formasi Waturanda ini ditafsirkan sebagai fluxoturbidite yang diendapkan pada cekungan muka busur. Sumber material diperkirakan berasal dari aktivitas magmatik Eosen-Miosen.
Dokumentasi visual struktur geologi,
batuan beku dan batuan metamorfosa kompleks Bancuh
Karangsambung Jawa Tengah
Desa Karangsambung yang dikenal sebagai Luk Ulo merupakan salah satu daerah penting dalam bidang geologi. Singkapan di daerah ini merupakan yang terlengkap di Pulau jawa, berupa singkapan batuan beku, sedimen dan metamorfosa berumur Pra Tersier, serta pola struktur khas yang merupakan komponen hasil tumbukan. di daerah ini kemudian dibangun Kampus Lapangan yang dikelola oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geoteknologi LIPI. Batuan tertua berumur Pra-Tersier, terkelompok dalam Kompleks bancuh Luk Ulo yang terdiri dari fragmen-fragmen batuan-batuan metamorf, beku basa-ultrabasa dan sedimen laut dalam, dengan massa-dasar batu lempung terekristalisasi. Kontak batuan berupa struktur gerusan merupakan salah satu ciri kompleksini. Kompleks ini ditutupi oleh batuan sedimen Formasi karangsambung terdiri dari batulempung gampingan hingga napal, berwarna abu-abu gelap mempelihatkan struktur lengseran (slump), blok batulempung foraminifera (Nummulites dan Discocyclina) yang terimbbrikasi, juga konglomerat polimik di sekitar batugamping. formasi Totogan sering kali disebut sebagai satuan Breksi-Lempung, Fragmen dalam lempung bersisik berukuran samapi bongkah, terdiri dari batulempung, batupasir, batugamping, konglomerat dan batuan beku basaltik. Kedua formasi ini mewakili endapan bancuh sedimemter atau endapan olistostrom. Selaras di atas formasi Totogan dijumpai formasi Waturanda yang terdiri dari breksi volkanik berselingan dengan batupasir tufan, berumur Miosen bawah. secra berangsur litologi yang ada berubah menjadi batupasir gampingan dan napal taufan yang dikenal sebagai Formasi Penosongan. Batuan beku di daerah ini terbentuk dalam tiga periode magmatik, diwakili oleh biabas, andesit basaltis dan riolit. Periode magmatik pertama pada zaman Pra-Tersier berafinitas toliet punggung tengah samudra, produk magmatiknya merupakan bagian dari bancuh Luk-Ulo. Periode kedua (Eosen akhir) dan ketiga (Oligosen) merupakan batuan terobosan berafinitas kalk-alkalin berasosiasi dengan proses subduksi. penelitian ini dimaksudkan untuk membuat dokumentasi visual terhadap data geologi yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
KEBUMEN-mertokondo-widoro-kedung waru-kaligending-baniara-KARANG SAMBUNG
kebumen dan kebumian
PADA 1 Januari 2006, Kabupaten Kebumen memasuki usia ke-70. Suatu masa jika dihitung dengan usia manusia tentu sudah tua namun dari segi usia suatu kota belumlah tua. Kabupaten yang sarat dengan potensi alam itu terletak di 70-80 LS dan 1.090-1.100 BT. Luas wilayahnya 128.111, 50 ha. Kabupaten dengan moto Bersih, Indah, dan Manfaat (Beriman) serta Gerakan Pemerintahan secara Serentak di bidang Pertanian, Industri, Pertambangan, dan Pariwisata (Gertak Tandus Ditampar) ternyata mempunyai potensi tambang dan pariwisata yang menjanjikan selain pertanian dan industri berbasis hasil pertanian. Ada pertanyaan yang selalu menggelitik, mengapa daerah itu dinamai Kebumen? Mengapa Karangsambung dengan segala keunikan alamnya berada dalam wilayah Kebumen?
Kebumen berasal dari kata ”bumi”, nama sebutan bagi Kiai Pangeran Bumidirdja yang mendapat awalan ”ka” dan akhiran ”an” sehingga menjadi Kabumian yang berarti tempat. Hal itu berarti Kebumen mula-mula adalah tempat tinggal Kiai Bumidirdja. Pangeran Bumidirdja adalah paman Sunan Amangkurat I (Raja Mataram 1645-1677) yang meninggalkan Mataram karena perselisihan paham dengan sang Raja yang dikenal tidak bijaksana. Dia mengembara ke barat hingga menuju ke Panjer (merupakan lumbung padi bagi Kerajaan Mataram dan sangat berjasa membantu logistik tentara Sultan Agung ketika menyerang Belanda di Batavia) yang saat itu diperintah oleh Ki Gede Panjer Roma II. Di daerah ini, Pangeran Bumidirdjo diberi pelungguh tanah di utara kelokan Sungai Luk Ulo yang kemudian dijadikan pondok/padepokan yang amat terkenal. Untuk menyamarkan, Pangeran Bumidirdjo memakai nama Kiai Bumi atau Ki Bumi sehingga daerah sekitar padepokannya sering menyebutnya Kibumian atau Kabumian yang kemudian lebih terkenal sebagai Kebumen.
Lambang Kabupaten Kebumen adalah burung lawet/walet. Burung ini secara alamiah berada di gua-gua yang terbentuk di kawasan karst Karangbolong. Sarangnya (walaupun sebenarnya dihasilkan dari ludah burung) berharga mahal dan banyak dikonsumsi untuk kesehatan. Hasil sarang burung walet dahulu pernah menjadi primadona pendapatan daerah. (sekarang hasilnya menurun drastis) sehingga burung walet dinobatkan sebagai simbol kabupaten itu. Potensi bahan galiannya, antara lain andesit, marmer, pasir, lempung, kaolin, batu gamping, fosfat, dan bentonit. Kebumen juga dikenal dengan objek wisatanya, seperti Gua Jatijajar, Gua Petruk, Pantai Ayah, Pantai Karangolong, Pantai Petanahan, Pemandian Air Panas Krakal, Waduk Sempor, dan Wadaslintang. Selain itu, di wilayah tersebut masih dijumpai objek-objek potensial lainnya, seperti 49 gua di kawasan Karangbolong dengan Gua Barat yang mempunyai panjang lorong 3.305 meter, Pantai Karangboto, dan kawasan Karangsambung dengan keunikan bebatuannya. Semua objek wisata dan objek potensial lain di Kabupaten Kebumen ternyata mengandalkan alam sebagai kekuatan daya tariknya. Untuk itu, jika akan memgoptimalkan daya tarik objek wisata Kebumen, unsur-unsur kekuatan alam harus dimaksimalkan sehingga akan meningkatkan segmen pasar.
Proses Alam
Karangsambung dengan kawasan ilmiahnya seluas 300 km2 merupakan kawasan dengan kondisi geologi yang sangat menarik dan unik hasil interaksi pertemuan lempeng Samudra Hindia Australia dengan lempeng benua Eurasia serta proses geomorfologi yang terjadi. Pada kawasan ini ditemukan aneka ragam batuan tua dari berbagai lingkungan pembentukan yang berbeda serta morfologi amfiteater yang merupakan proses alam mulai 121 juta tahun lalu hingga kini. Pada kawasan ini ditemukan bukti-bukti alam yang menguatkan kebenaran Teori Tektonik Lempeng.
Di kawasan ini telah dikembangkan geowisata, suatu jenis wisata minat khusus yang memanfaatkan potensi sumber daya alam geologi, seperti bentuk bentang alam, batuan penyusun, struktur, dan sejarah bumi dengan titik berat kunjungan untuk pengayaan wawasan dalam pemahaman proses pembentukan fenomena fisik alam.
Banyak kalangan telah memanfaatkan Karangsambung sebagai media pembelajaran untuk memahami batuan dan proses-proses alam yang mengikutinya.
Memperhatikan potensi objek wisata Kebumen yang mengandalkan alam, keberadaan Karangsambung sangat penting untuk memberikan landasan pemahaman tentang batuan dan proses-proses alam sehingga akan sangat membantu pemahaman proses alam yang terjadi pada objek wisata lain. Barangkali Tuhan telah menggariskan, bila Anda ingin belajar kebumian maka datanglah ke Kebumen.
Sesuai dengan nama daerahnya, Kebumen adalah tempat yang baik dan tepat untuk belajar kebumian seperti watak Ki Bumi Dirdjo yang bersikap cinta ilmu (mendirikan pedepokan untuk belajar agama), andhap asor , dan berbudi bawa laksana . Selamat berulang tahun ke-70 Kabupaten Kebumen. (55j)
sumber : Chusni Ansori MT( peneliti Balai Informasi dan Konservasi Kebumian di Karangsambung Kebumen
Karang Sambung merupakan laboratorium alam dan monumen geologi yang sangat menarik bagi obyek penelitian maupun wisata alam. Salah satu kecamatan di bagian utara Kabupaten Kebumen ini disebut laboratorium alam geologi karena menghadirkan variasi struktur dan jenis batuan di kawasan yang relatif tidak luas. Nilai ilmiahnya bertambah penting setelah lahir teori tektonik lempeng, karena menurut para ahli geologi daerah ini pernah menjadi batas lempeng konvergen berupa jalur subduksi pada jaman Kapur yang berlanjut hingga Pegunungan Meratus, Kalimantan. Batuan-batuan hasil tumbukan tersebut kini terangkat ke permukaan dan dapat diamati dalam kondisi yang relatif segar.
Oleh karena begitu pentingnya, kawasan ini kemudian ditetapkan sebagai Cagar Alam Geologi Nasional yang dikelola oleh Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Hal ini bertujuan agar batuan-batuan langka yang terdapat di Karang Sambung terlindung dari kepunahan akibat ditambang oleh penduduk. Sebab Karang Sambung juga menjadi bukti teori tektonik lempeng dan menjadi referensi dunia.
A. Fasilitas
Baik kegiatan penelitian maupun wisata ilmiah di Karang Sambung dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Balai Informasi dan Konservasi Kebumian LIPI. Unit ini memiliki fasilitas pendukung berupa tempat penginapan & asrama, perpustakaan, dan bengkel kerja kerajinan batumulia (gambar 1). Kegiatan wisata ilmiah itu meliputi ceramah ilmiah populer, diskusi, kunjungan lapangan ke berbagai lokasi penting, melihat koleksi batuan serta proses pembuatan batu mulia.
Selain itu, wisatawan juga bisa mengikuti kegiatan perburuan atau pencarian batuan di aluvial Sungai Lukulo, sungai terbesar di daerah ini. Di kawasan Balai Informasi dan Konservasi Kebumian LIPI dapat dilihat proses pembuatan kerajinan batu mulia, mulai dari memilih bahan, memotong, dan membentuknya. Selain batu mulia, pengunjung juga bisa melihat berbagai koleksi batuan yang ada di Karangsambung, model tektonik, maket geologi (gambar 2) dan peraga yang menggambarkan proses dinamika bumi di museum.
B. Beberapa Batuan di Karang Sambung
Untuk menuju Balai Informasi dan Konservasi Kebumian LIPI, dari pusat Kota Kebumen dapat menempuh jalan datar beraspal namun berkelok-kelok mengikuti Sungai Luk Ulo yang berada di sebelah baratnya. Tersedia juga angkutan umum berupa bis kecil berukuran ¾ atau angkot yang menempuh rute Terminal Kebumen-Karang Sambung.
Beberapa singkapan batuan yang menarik untuk diamati ialah Bukit Jatibungkus, Gunung Parang, Bukit Wagir Sambeng, Gunung Sipako, Krakal, dan Kali Brengkok.
• Bukit Jatibungkus
Bukit berukuran 350 x 150 meter ini tampak terisolir di antara dataran di sisi utara dan selatannya. Di lokasi ini terdapat batugamping dengan fosil berupa Foraminifera besar, ganggang merah, ganggang hijau, serta Milliodidae. Selain itu, ditemukan juga pecahan-pecahan kuarsa, rijang, dan batuan metamorf, yang mengindikasikan bahwa batuan ini diendapkan dekat dengan sumbernya.
.
• Gunung Parang
Di gunung ini, dapat diamati bentuk kekar kolom seperti yang terdapat pada Devil’s Tower di Wyoming, Amerika Serikat. Gunung yang tersusun dari batuan beku Diabas ini merupakan intrusi konkordan berupa sill yang menerobos Fm. Karangsambung dan Fm. Totogan.
.
.
• Bukit Wagir Sambeng
Gunung ini seluruhnya tersusun oleh asosiasi rijang dan batulempung gampingan berwarna merah. Singkapan yang merupakan endapan laut dalam ini berlapis hampir vertikal membentuk puncak-puncak punggungan yang sempit, memberikan kenampakan yang mempesona sebagai suatu monumen. Morfologi amphiteater dan kondisi geologi Karangsambung dapat dilihat dari puncak gunung ini.
• Gunung Sipako
Di sini terdapat singkapan filit berwarna hitam pada dinding sungai yang terjal. Batuan ini terbentuk selama proses penunjaman serta merupakan batuan metamorf berderajat rendah. Proses tektonik dan deformasi lebih lanjut berupa patahan geser searah aliran sungai, membentuk lipatan-lipatan kecil serta struktur gores garis pada batuan filit.
.
• Krakal
Daerah yang terletak di Kecamatan Alian ini berupa pemandian air panas. Terbentuknya mataair panas yang bersifat basa ini bukan karena aktivitas gunungapi, tetapi hasil induksi panas dari dalam bumi akibat adanya patahan yang mengenai daerah ini. Untuk menuju tempat ini, dapat menggunakan angkot jurusan Kebumen-Alian langsung dari Kebumen.
• Kali Brengkok
Di tempat ini terdapat sekis mika berwarna abu-abu cerah dan tampak mengkilap terkena sinar matahari dan merupakan batuan tertua di Pulau Jawa, yang menjadi alas pulau ini. Batuan yang terdiri dari mineral mika ini terbentuk karena pengaruh tekanan yang sangat kuat hingga menjadi sekis mika di dalam kulit bumi.
.
.
Selain batuan-batuan tersebut, masih ada beberapa tempat yang menarik untuk dikunjungi. Sayangnya, belum semua situs bernilai ilmiah tinggi ini dibebaskan menjadi milik negara. Dari 30 situs, baru delapan yang telah dibebaskan menjadi milik negara. Sisanya masih berada di tangan masyarakat sehingga menjadi obyek penggalian batu dan pasir. Gunung Parang misalnya, tiap musim kemarau selalu terkikis palu para pencari batu untuk bahan bangunan (gambar 7). Padahal, kalau dibandingkan, nilai ekonominya tidak lebih tinggi daripada nilai ilmiahnya. LIPI memang telah melindungi sebagian Gunung Parang itu, terutama struktur kolom yang mirip dengan Devil’s Tower di Wyoming, Amerika Serikat. Masalahnya, bagian belakang gunung itu belum dibebaskan dan masih terus digali. Jika penggalian tersebut dibiarkan, maka bagian depannya akan habis juga.
Penggalian batuan juga mengakibatkan hilangnya batugamping Orbitulina yang terletak di Kabupaten Banjarnegara. Selain itu, batugamping di Jatibungkus, yang mengandung fosil koral dan alga, dikhawatirkan kelestariannya. Sebab jika dipecah-pecah dan dimasukkan ke tungku, batugamping tersebut bisa menjadi kapur tohor.
Lahirnya keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral yang mengangkat status lapangan geologi ini menjadi cagar alam geologi pertama di Indonesia itu diharapkan dapat memberi kekuatan hukum untuk menghentikan kegiatan penggalian batu langka ini. Selain itu, diperlukan juga kesadaran masyarakat akan pentingnya kawasan ini bagi ilmu geologi.
Sumber:
http://karangsambung.lipi.go.id/geowisata/?page_id=47
ks
karang sambung

Tidak ada komentar: